Bakso: Jejak Sejarah Kuliner dari Jalur Perdagangan Kuno hingga Ragam Nusantara

Budaya | 22 Dec 2025 | 12:49 WIB
Bakso: Jejak Sejarah Kuliner dari Jalur Perdagangan Kuno hingga Ragam Nusantara

Uwrite.id - Bakso kerap dipandang sebagai makanan rakyat yang sederhana, mudah ditemui di gerobak pinggir jalan hingga rumah makan besar. Namun di balik kesederhanaannya, bakso menyimpan sejarah panjang yang berkaitan erat dengan jalur perdagangan, perpaduan budaya, serta dinamika kerajaan-kerajaan di Nusantara. Ia bukan sekadar bola daging dalam kuah, melainkan hasil akumulasi sejarah lintas bangsa dan peradaban.

Sejarah bakso tidak dapat dilepaskan dari tradisi kuliner Tiongkok. Sejak berabad-abad lalu, masyarakat Tiongkok telah mengenal teknik pengolahan daging giling yang dibentuk bulat, baik dari daging sapi, babi, maupun ikan. Melalui jalur perdagangan maritim yang menghubungkan Tiongkok, Asia Tenggara, hingga India dan Timur Tengah, teknik ini menyebar ke berbagai wilayah, termasuk Nusantara.

Pada masa kerajaan-kerajaan awal di Jawa, seperti Kanjuruhan, Medang, hingga Singhasari dan Majapahit, wilayah Nusantara telah menjadi pusat perdagangan yang ramai. Pedagang asing tidak hanya membawa barang dagangan seperti sutra, keramik, dan rempah, tetapi juga tradisi kuliner. Dari sinilah teknik pembuatan bakso mulai dikenal dan beradaptasi dengan bahan lokal serta selera masyarakat setempat.

Di Jawa, dua kota yang kemudian dikenal sebagai pusat perkembangan bakso adalah Solo dan Malang, masing-masing dengan karakter yang berbeda. Perbedaan ini tidak lepas dari latar sejarah, budaya, dan posisi sosial kedua kota tersebut sejak era kerajaan.

Solo, sebagai pusat kebudayaan Jawa dan kelak menjadi jantung Kerajaan Mataram, berkembang dengan nilai harmoni, keseimbangan, dan kesederhanaan. Pengaruh keraton sangat kuat dalam membentuk selera kuliner masyarakatnya. Bakso Solo dikenal dengan kuah bening, rasa kalem, tidak terlalu banyak variasi isian, dan menonjolkan keseimbangan rasa. Penyajiannya mencerminkan filosofi Jawa yang menekankan keselarasan dan ketertiban.

Sebaliknya, Malang tumbuh sebagai wilayah persinggahan dan simpul perdagangan penting sejak masa Kerajaan Kanjuruhan, Singhasari, hingga Majapahit. Letaknya yang strategis membuat Malang lebih terbuka terhadap pengaruh luar. Budaya percampuran ini tercermin dalam bakso Malang yang kaya variasi: bakso halus, bakso kasar, tahu, pangsit, siomay, hingga gorengan. Inovasi menjadi ciri utama, seolah mencerminkan karakter masyarakatnya yang dinamis dan adaptif.

Masuknya Islam ke Nusantara membawa perubahan besar dalam dunia kuliner, termasuk bakso. Daging babi yang sebelumnya lazim digunakan dalam tradisi Tiongkok digantikan dengan daging sapi, ayam, atau ikan agar sesuai dengan syariat halal. Proses adaptasi ini mempercepat penerimaan bakso di kalangan masyarakat luas dan menjadikannya makanan lintas kelas sosial.

Dari Jawa, bakso menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan terus mengalami lokalisasi. Muncul bakso Wonogiri yang terkenal besar dan padat daging, bakso Bandung dengan sentuhan bakso urat dan kuah gurih, bakso Makassar yang berpadu dengan coto dan konro, hingga bakso ikan di wilayah pesisir. Setiap daerah memberi identitasnya sendiri, menjadikan bakso sebagai cermin keragaman Nusantara.

Fenomena ini sejatinya juga terjadi di belahan dunia lain. Di Eropa dikenal meatball, di Timur Tengah ada köfte, di Asia Timur terdapat fish ball dan lion’s head meatball. Artinya, bakso adalah bagian dari tradisi kuliner global yang berkembang sesuai konteks budaya masing-masing wilayah.

Di Indonesia, bakso akhirnya menjadi lebih dari sekadar makanan. Ia adalah hasil dialog panjang antara budaya lokal dan global, antara tradisi kerajaan dan rakyat, antara nilai konservatif dan inovasi. Dari Solo yang sederhana hingga Malang yang beragam, bakso mencatat perjalanan sejarah yang panjang—sebuah arsip budaya yang tidak disimpan di museum, melainkan disajikan hangat di mangkuk dan dinikmati lintas generasi.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar