Australia, Sahabat Terdekat Indonesia dalam Pemenuhan Kecukupan Stok Gandum untuk Ketahanan Pangan Nasional

Asia | 14 Apr 2025 | 08:08 WIB
Australia, Sahabat Terdekat Indonesia dalam Pemenuhan Kecukupan Stok Gandum untuk Ketahanan Pangan Nasional
Ilustrasi tanaman gandum Australia, yang berada dalam kondisi pertumbunan. Indonesia diketahui menjadi negara pengimpor gandum dari negeri ini.

Uwrite.id - Canberra - Australia menjadi negara sahabat kita yang paling dominan dalam pencukupan kebutuhan serelia gandum demi mendukung ketahanan pangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa impor gandum ini mendukung ketersediaan suplai dalam negeri.

Faktor kedekatan geografis antara Indonesia dan Australia menambahkan keuntungan komparatif dalam perdagangan gandum keduanya. Dibandingkan dengan negara produsen gandum dunia lain, Australia adalah negara terdekat dengan wilayah Indonesia. Mengimpor gandum dari Australia adalah cara yang efisien dalam hal waktu dan biaya transportasi. Adalah logis bahwa kedekatan geografis ini menjadi faktor menentukan penguasaan pasar gandum di Indonesia oleh Australia.

Ketergantungan Indonesia terhadap gandum Australia juga dipicu oleh permintaan pasar. Produsen tepung terigu Indonesia mengakui bahwa gandum asal Australia adalah paling sesuai dengan kebutuhan produksinya. Bagi industri penggilingan gandum, jenis gandum putih asal Australia adalah yang paling cocok untuk produksi mie yang saat ini dikonsumsi secara luas (APTINDO 2017). Karakter khusus gandum Australia ini tidak dapat digantikan oleh gandum dari negara lain.

Namun kondisi ketergantungan ini juga memberikan resiko terhadap masa depan kemandirian (self sufficiency) dan kedaulatan (sovereignty) pangan Indonesia. Indonesia tidak hanya sebagai pengimpor terbesar gandum di dunia, sekaligus hampir 100% bergantung pada impor. Ini adalah bertentangan dengan ide dasar untuk merealisasikan swasembada pangan nasional di tahun 2028 yang digagas oeh Presiden Prabowo Subianto. 

Impor pangan membantu kesediaan pangan (food availability) nasional, tapi juga merugikan produksi pangan lokal. Perubahan pola makan masyarakat Indonesia yang beralih ke produk gandum telah menyingkirkan pangan lokal. Keprihatinan terhadap kualitas produk impor akan kandungan berbahaya misalnya, karena Indonesia tidak mempunyai wewenang dalam proses produksi gandum di luar wilayah RI. Otoritas Indonesia lemah dalam pengawasan ini.

Kondisi ketergantungan terhadap impor pangan yang masif berisiko bagi masa depan pangan Indonesia. Peningkatan harga pangan impor secara drastis akan berdampak pada turunnya kemampuan daya beli masyarakat.

Ketergantungan kronis terhadap impor gandum ini juga akan menguras nilai tukar rupiah. Kondisi ini sudah dialami ketika krisis keuangan Asia pada tahun 1997 saat nilai tukar Indonesia anjlok dan berimbas pada turunnya daya beli masyarakat secara drastis. Inflasi terhadap gandum dimungkinan akibat petani di Australia menghadapi perubahan iklim yang menganggu kualitas dan kuantitas produksi gandum. Dilaporkan bahwa desertifikasi yang masif telah terjadi di Australia telah menggangu produksi gandum (Hochman et.all, 2017; Minchin, 2019). Turunnya pasokan akan menaikkan harga gandum di pasar internasional.

Ketergantungan terhadap impor gandum ini rentan bagi Indonesia. Gangguan hubungan dagang kedua pihak dimungkinkan terjadi mengingat sejarah dinamika hubungan keduanya berfluktuasi, mengalami krisis dan ketegangan yang berimbas pada sektor ekonomi. Perselisihan dagang keduanya pernah terjadi terkait komoditi impor sapi Australia, di mana Indonesia mempunyai ketergantungan tinggi pada komoditi ini. Akibat memburuknya hubungan diplomatik kedua negara, Australia menyetop kran ekspor sapi sehingga menimbulkan kekacauan di pasar Indonesia karena mahalnya harga daging sapi. Skenario semacam ini dimungkinkan terulang di masa mendatang pada kasus gandum.

Kesimpulan, Indonesia sesungguhnya menghadapi dilema akibat ketergantungan tinggi terhadap gandum impor Australia. Di satu sisi terdapat kebutuhan yang terpenuhi, di sisi lain risiko buruk yang akan melemahkan keamanan pangan Indonesia juga membayangi. Namun upaya untuk menghilangkan ketergantungan terhadap impor bukan hal yang mudah karena Indonesia belum mempersiapkan diri untuk memenuhi pasar gandum lokal. (*)

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar