Anies Kampanye di Ciamis, Sebut Hukum Indonesia Banyak Ditekuk Penguasa
Uwrite.id - Calon Presiden nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan, mengatakan bahwa akhir-akhir ini hukum di Indonesia tampak ditekuk oleh penguasa. Ia juga mengatakan keprihatinan tentang arah negara, apakah akan menjadi negara hukum atau negara kekuasaan.
Anies menyampaikan hal tersebut saat kampanye di gedung KH. Irfan Hielmy Komplek Islamic Center Kabupaten Ciamis, Kamis (4/1/2024).
"Beberapa bulan ini dipertontonkan bahwa negeri ini seakan memasuki persimpangan jalan. Persimpangan jalan apa? persimpangan akan menjadi negara hukum atau negara kekuasaan," ujarnya.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, Indonesia cenderung mengarah menuju negara kekuasaan beberapa waktu belakangan ini.
"Negara hukum, di mana penguasa dikendalikan oleh hukum atau negara kekuasaan, di mana hukum dikendalikan oleh penguasa," jelasnya.
Untuk itu, dalam pidatonya, Anies Baswedan menekankan perlunya perubahan. Bukan hanya perubahan di bidang ekonomi, tetapi juga perubahan untuk mengembalikan marwah kehidupan bernegara.
"Saat ini, banyak yang sudah mulai menyadari bahwa perubahan bukanlah hanya tentang aspek ekonomi, melainkan upaya untuk mengembalikan marwah kehidupan bernegara," ucap Anies.
Anis ajak warga Ciamis pilih pemimpin dengan rekam jejak dan prestasi bagus
Anies juga menegaskan pentingnya memilih presiden bukan hanya berdasarkan foto, melainkan juga melalui evaluasi dialog, pemikiran, dan rekam jejak para calon presiden. Untuk itu, program seperti "Desak Anies" diadakan.
"Mengapa kami menciptakan program seperti Desak Anies? Karena kami ingin memberikan penghormatan kepada rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia seharusnya tidak hanya memilih berdasarkan gambar yang dibuat oleh orang lain, tetapi juga memilih berdasarkan dialog, pemikirannya, rekam jejak, karya, dan prestasinya," kata Anies.
Mantan Kemendikbud ini menekankan bahwa rakyat harus menilai calon pemimpin berdasarkan realitas.
Menurutnya, cara yang efektif untuk menghormati pemilih adalah memberikan kesempatan kepada mereka untuk menguji calon pemimpin melalui pertanyaan, bukan hanya dengan memasang foto di baliho tanpa menunjukkan dialog dan rekam jejak.
"Karena poster tidak mampu menyampaikan sepenuhnya. Foto bisa menciptakan citra yang hebat, tapi saat dialog dijalankan, itulah saat kebenaran terungkap," jelasnya.***
Tulis Komentar