Amerika Serang Iran, Rusia, China, dan Korea Utara Akan Turun Tangan, Dunia Tak Lagi Takut pada Barat

Timur Tengah | 22 Jun 2025 | 11:38 WIB
Amerika Serang Iran, Rusia, China, dan Korea Utara Akan Turun Tangan, Dunia Tak Lagi Takut pada Barat

Uwrite.id - Amerika Serang Iran, Rusia, China, dan Korea Utara Akan Turun Tangan, Dunia Tak Lagi Takut pada Barat

 “Amerika menekan pelatuk, tapi dunia Timur sudah siap menulis ulang tatanan global.”

 

Oleh R. Hidayat.

Ketika Amerika Serikat meluncurkan rudal-rudal penghancur ke situs nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan di Iran, dunia tahu: ini bukan sekadar aksi militer. Ini adalah deklarasi bahwa Washington masih berambisi menjadi satu-satunya penguasa dunia. Tapi hari ini, peta itu tak lagi berlaku. Dunia telah berubah. Iran tidak sendiri. Rusia, China, dan Korea Utara hampir pasti akan turun tangan. Dan poros Timur kini tidak lagi bersabar.

Ini bukan perang antara dua negara. Ini adalah titik letupan dari konstelasi dunia multipolar yang selama ini dipendam. Amerika melepaskan peluru. Dunia bersiap melepaskan dominasi mereka.

 

Poros Timur Bergerak

Rusia tak akan hanya menonton. Mereka punya alasan geopolitik, komitmen militer, dan kredibilitas global untuk menjaga Iran tetap berdiri. Dengan membuka front baru di Ukraina atau Kaukasus, Rusia akan memaksa Amerika dan NATO membelah fokus, logistik, dan kekuatan.

China tidak perlu berteriak. Mereka akan membalas lewat jalur keuangan dan energi. Perjanjian 25 tahun senilai US$400 miliar dengan Iran bukan basa-basi. China akan mempercepat penggunaan yuan dalam perdagangan energi, memperluas BRICS+, dan mendorong dunia keluar dari sistem berbasis dolar.

Korea Utara akan mengambil celah strategis. Melalui uji coba rudal balistik atau pernyataan militer, Pyongyang akan membangun tekanan psikologis di Asia Timur. Dukungan teknologi rudal atau drone ke Iran bukan mustahil.

Poros ini tidak sedang bereaksi. Mereka sedang memanfaatkan momen untuk membalik tatanan yang selama ini berat sebelah.

 

Timur Tengah Menunjukkan Sikap

Dulu, Iran sering diposisikan sebagai musuh regional. Tapi kini, banyak negara mulai berhitung ulang. Oman menolak eskalasi dan membuka jalur diplomatik. Qatar dan Kuwait menolak penggunaan kekuatan militer sepihak. Turki dan Mesir menyatakan keberatan keras terhadap serangan terbuka.

Houthi di Yaman bahkan menyatakan siap menyerang kepentingan Amerika di Laut Merah. Ini bukan soal cinta pada Iran, tapi soal ancaman terhadap stabilitas kawasan. Jika Iran bisa diserang begitu saja, siapa berikutnya?

Amerika mungkin berpikir ia masih punya kekuatan penuh di kawasan. Tapi kepercayaan itu kini mulai bocor. Dan sekali legitimasi moral jatuh, kekuatan militer hanya akan mempercepat kejatuhan.

 

Ekonomi Global Akan Membayar Mahal

Harga minyak melonjak. Pasar global bergejolak. Ketika Amerika melempar rudal, yang terbakar adalah ekonomi dunia. Negara-negara berkembang mulai tercekik. Sistem logistik energi terganggu. Dan dunia mulai sadar, terlalu lama mereka bersandar pada satu titik kekuasaan yang tak stabil.

Iran, yang terkunci dari sistem finansial Barat, kini justru memimpin peralihan ke sistem alternatif. China, Rusia, dan BRICS akan memberi mereka nafas baru. Dunia akan menyaksikan sanksi tak lagi menakutkan seperti dulu. Dolar tak lagi sekuat yang dikira. Dan tatanan ekonomi baru mulai lahir.

 

Dunia Tak Butuh Izin dari Gedung Putih

Amerika selalu percaya bahwa tanpa restunya, tak ada yang boleh bergerak. Tapi sekarang, semakin banyak negara bergerak justru untuk melepaskan diri dari bayang-bayang itu.

Mereka tak lagi ingin tunduk pada sistem yang menjadikan mereka sebagai pasar abadi, wilayah militer, dan alat legitimasi imperialisme gaya baru. Dunia ingin berdiri di atas kaki sendiri. Dan serangan ke Iran mungkin menjadi pemicu yang mempercepat semuanya.

Amerika masih kuat. Tapi kekuatan tanpa keadilan hanya akan menambah jumlah lawan, bukan menambah kekuasaan.

 

Indonesia Harus Keluar dari Bayang-Bayang

Dalam badai global ini, Indonesia harus menentukan arah. Tidak cukup hanya bersikap netral. Indonesia harus:

Berani menyuarakan perdamaian yang adil, bukan perdamaian di bawah todongan senjata.

Memperkuat ketahanan pangan, energi, dan informasi nasional.

Memposisikan diri sebagai bagian dari dunia yang berdaulat, bukan boneka dari blok kekuasaan mana pun.

 

Diam adalah pilihan yang berisiko. Karena dalam sejarah, bangsa yang diam saat kebenaran diinjak akan ikut terkubur bersama ketakutannya sendiri.

 

Amerika mungkin masih merasa pemilik panggung. Tapi hari ini, Iran menjadi simbol bahwa dunia tak akan tunduk selamanya. Dan Rusia, China, serta Korea Utara akan menegaskan bahwa Amerika tidak bisa lagi bertindak tanpa konsekuensi global.

Sejarah tidak selalu ditulis oleh pemenang. Kadang, ia ditulis ulang oleh yang berani melawan.

Dan jika dunia sedang berubah, maka Indonesia tak boleh hanya jadi penonton. Kita harus jadi bagian dari bangsa-bangsa yang memilih berdiri tegak—bukan membungkuk demi keamanan palsu.

 

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar