Airlangga-Zulhas. Pasangan Sekoci Atau Simbol Eksistensi

Politik | 08 Jun 2023 | 08:18 WIB
Airlangga-Zulhas. Pasangan Sekoci Atau Simbol Eksistensi
Pertemuan Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan dalam kapasitas sebagai Menteri Kabinet di AS (sumber : Dokumentasi PAN)

Uwrite.id - PAN makin gencar melaksanakan safari politik dalam rangka membangun sikap yang jelas terkait pencapresan 2024. Menariknya partai reformasi tersebut tidak mengusung nama ketua umumnya untuk setidaknya maju sebagai ‘pemain’ dalam kontestasi 5 tahunan tersebut. Seperti fenomena di 2014, terakhir ketua umum PAN kala itu Hatta Rajasa menjadi calon wakil Prabowo Subianto. 

Kini daya tawar partai tersebut terkesan lebih rendah mengingat kondisi suara partai yang tidak lebih baik dan mereka akui bahwa kaderisasi untuk membentuk sosok yang layak sebagai pimpinan negeri terkesan rumit. 

Zulkifli Hasan sangat sadar terhadap hal itu, maka setiap safarinya baik kemarin bersama PDIP maupun melalui para fungsionaris DPP nya bersama dengan Gerindra justru ‘call’ yang disampaikan adalah Erick Thohir yang notabene tokoh eksternal meski belakangan dekat dengan PAN untuk disodor menjadi Cawapres 2 tokoh status quo tersebut : Prabowo atau Ganjar.

Begitu juga situasi yang terjadi di tubuh partai beringin, Golkar. Ketika baru saja Rakernas diselenggarakan (04/06) lalu dan hasilnya sudah ketahuan bahwa konsolidasi terkait Capres juga seakan alot. Meski beberapa sumber mengatakan bahwa partai ini akan merapat kuat pada Prabowo Subianto, nyatanya jaringan besar dalam partai tersebut mendorong agar kepastian atau kunci diberi kepada sang Ketua Umum.

Golkar telah lama ‘puasa’ dalam kekuasaan sejak reformasi. Sudah seperempat abad Golkar terkesan belum pulih. Ada apa gerangan? Yang jelas kontestasi saat ini, mereka bertekad supaya eksistensi mereka dalam demokrasi kembali. Berusaha untuk sebenarnya memajukan Ketua Umum mereka baik Capres atau Cawapres di 2024 mendatang.

Sampailah pada titik pembahasan atau wacana yang tidak terduga. Kebetulan Golkar dan PAN minus PPP sebenarnya masih relatif cukup diatas threshold. Mengapa tidak tampilkan poros keempat yaitu Airlangga dengan Zulhas? Usul bergeming ketika keduanya merasa negosiasi berjalan alot antara 2 poros status quo yang cenderung tegas dalam daya tawar koalisi. Hingga muncul alternatif lain yaitu mereka sebagai pemain bukan penggembira

Poros keempat nyatanya baik untuk demokrasi, supaya memecah pembelahan. Tapi apakah nama-nama yang diusung tersebut sudah berkelayakan berkaca pada hasil survey? Wallahualam. Terlepas menjadi penggembira atau tidak, usul ini bisa dianggap serius. Bukan memecah suara paling tidak membentuk keragaman pilihan rasional.

Menulis di Uwrite bisa dapat penghasilan, Investasikan tulisan anda sekarang juga
Daftar di sini

Jika anda keberatan dan memiliki bukti atau alasan yang kuat bahwa artikel berita ini tidak sesuai dengan fakta, anda dapat melakukan pengaduan pada tautan ini

Tulis Komentar